Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Kembang Api

Sepotong Cerita Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari29 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 "Apa yang menarik dari kembang api?" Aku menatapnya sipit-sipit, mengawasi gerakannya yang memantikkan api lalu mendekatkan lidah merah yang menjilat-jilat itu pada sumbu kembang apinya. "Memang enak dipandang, tapi hanya satu kedip, lebih cepat dari sekejap." Dia tidak menjawab, lalu mengulurkan sebatang yang sudah memercikkan bunga api padaku. Aku menerimanya, memperhatikan bagaimana batang kembang api itu menggugurkan percik api sepanjang sumbunya. Sumbunya habis terbakar saat satu ledakan besar dari kembang api tetangga kami menghujani langit mendung malam itu dengan hamburan cahaya, persis saat ia menjawabku lembut. "Memangnya di dunia ini ada yang abadi?"

Pertemuan Singkat dengan Fantasi

Sepotong cerita Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari28 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 Hari ini aku bertemu fantasiku, atau setidaknya ia mengaku begitu. Wajahnya datar, polos, tidak menampakkan apapun. Katanya, "bukan salahku, kau yang minim fantasi." "Bukan salahku juga." Aku membela diri. "Aku tidak punya waktu untuk fantasi." Dia, dengan masih tanpa ekspresi, lalu menatapku. "Menyebalkan sekali tapi kalau suatu saat kau butuh pelarian dari dunia nyata, aku ada untukmu." "Aku tidak suka melarikan diri." Balasku. "hadapi saja dan akan terselesaikan." "Ya setidaknya hadapi aku juga." Lanjutnya sambil berlalu. "Aku juga ingin selesai."

Kau

Sekilas Konversasi Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari27 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 03.45 "Ceritakan padaku tentang fantasimu." "Apa?" "Ayolah, pasti ada sesuatu yang sedang kau pikirkan sekarang." "Mmm, aku membayangkan sedang makan sahur di ruang makan di rumahku, dengan ibuku menghidangkan dan ayahku mengomeli kuapanku." "Ahahaha, kau punya kenangan yang unik." "Lupakan. Bagaimana denganmu?" 08.00 "Kau tahu keluargaku tidak semenyenangkan milikmu." 10.15 "Maaf, aku tidak bermaksud." "Tidak apa-apa, santai saja." "Bagaimana denganmu?" "Apa?" "Fantasimu, ayolah, kau memaksaku tadi." 13.50 "Kapan? Tadi pagi atau sekarang?" 17.25 "Dua-duanya?" 18.55 "Satu saja." 19.05 "Baiklah, terserah padamu." "Oke, dua-duanya." "Ahaha, jadi?" 22.05 "Yang mana dulua...

Kau Masih Menari

Sekilas Cerita Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari26 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 Aku melihatnya menangis, keras sekali. Beberapa kali kutepuk pundaknya, ia tak bergeming. Sekian kali terguncang tubuhnya oleh tanganku barulah ia menarik napas. "Aku tak bisa menari lagi." Aku duduk di sebelahnya, merangkulnya. "Tapi kau masih bisa tersenyum, tidak apa-apa." Dia ternyata menangis lebih keras, mulai meraung-raung. Aku pun gelagapan saat ia berdiri lalu ambruk setelah kakinya bergetar hebat dan tertekuk roboh. "Kau masih bisa menari," aku cepat-cepat menggenggam tangannya. "Di dalam anganku, setidaknya." Dia menatapku, air mata meleleh dari sudut matanya. "Tapi nyatanya tidak." Aku kehabisan kata-kata saat ia kembali terisak. Bisu lidahku saat seseorang tiba-tiba menghampirinya, lalu menghentikan tangisnya hanya dengan kehadiran. "Siapa peduli?" Aku menjawabnya melalui angin yang lalu ketika ia yang telah dik...

Tutup Mata

Sekilas Puisi Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari25 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 Tutup mata Bayangkan kuda terbang, bertanduk, meringkik merdu Bayangkan peri bersayap, ramah, tawanya lantang melintang Bayangkan penyihir renta, bongkok, hidung membengkok Bayangkan putri kesepian, menangis, meratap Lalu kau Buka mata Mereka lenyap Kau juga Tutup mata Kuda terbang melayang Peri bersayap melesat Penyihir tertawa ringkih Putri kesepian semakin sunyi Tapi kau tak muncul kembali

Dulunya, Sekarang Tidak

Secarik Kisah Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari24 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 "Aku dulu punya sayap!" Ia berteriak-teriak di sepanjang jalan. "Warnanya biru, seperti langit dan laut." "Tapi warna birunya langit dan laut berbeda." Seorang anak kecil menatap heran. "Biru yang mana yang kau maksud?" "Kedua-duanya." Ia berjongkok dan menyejajarkan tatapan matanya dan anak itu. "Tidak tahukah kau kalau laut berwarna biru karena memantulkan warna langit, dan sebaliknya?" Anak itu terdiam, berpikir. "Tapi darimana warna birunya berasal?" "Maksudmu?" "Bukankah maksudnya itu seperti aku berdiri di antara dua cermin yang saling berhadapan," anak itu diam sebentar untuk berpikir. "Lalu aku menyorotkan senter ke salah satunya, sinarnya akan terpantul ke cermin satunya, lalu memantulkannya kembali ke cermin satunya, dan begitu seterusnya?" Orang yang mengaku bersayap tadi ikut diam...

Pangeran Kuda

Sekilas Cerita Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari23 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 "Mau jadi apa kalau besar nanti?" "Heh?" "Iya," Aku menarik tubuh mendekatinya. "Pilot? Dokter? Tentara?" "Kenapa memangnya?" Dia menengadah, memperhatikan pesawat mainannya mendarat di bawah kaki. "Aku belum memikirkan hal seperti itu." Aku merampas remot pesawatnya lalu menggantinya dengan sebuah majalah kartun bergambar seorang putri dan seorang pangeran di atas kuda putih. "Kau tahu, aku sangat ingin menjadi putri seperti di sini." Aku menunjuk gambar itu. "Ya terserah kau saja." Dia mengambil pesawat mainannya lalu merapikan benda itu. "Lagipula kau tidak terlihat seperti putri itu sama sekali." "Aku bisa mengusahakan penampilan." Aku mengikuti langkahnya sambil mengibaskan majalah tadi. "Tapi aku butuh bantuanmu." Kami berhenti di musholla, dia berlari kecil ke arah keran ...

Sayap Patah

Seiris Kisah Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari22 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 "Peri-peri tinggal di balik bunga," begitu celotehnya setiap sore kalau kami sempat berjalan-jalan. "Dan para kurcaci duduk di bawah sana, menjaga agar tangkainya tidak roboh." Aku mengangguk--itu hal terbaik yang bisa kulakukan. "Lalu?" "Lalu," ia berpikir-pikir, sepertinya sadar kalau ia sudah mengulangi cerita serupa berkali-kali. "Lalu suatu hari ada peri yang jatuh ke bawah saat seorang kurcaci jahil memanjat ke atas." Aku terdiam, seperti menunggu walaupun aku sudah tahu penghabisan kisah itu. "Ya..." "Ah, sudahlah!" Ia memalingkan wajah sambil memberengut. Aku keheranan, tapi memaksa senyum dan memberi tatapan penuh tanda tanya padanya. "Aku sudah menceritakan ini padamu berkali-kali, kenapa tidak bilang saja kalau bosan?" Aku termangu, untuk pertama kalinya benar-benar membayangkan keberadaan peri-peri dan...

Petrichor

Sepotong Cerita Untuk #Challenge30HariSAPE_hari21 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 “Hidup tidak selunak bubur bayi.” “Depresi tidak sebercanda itu.” “Baiklah.” Sekilas penyesalan terlukis di sorot matanya yang sarat kekesalan. “Hanya, why so easily give up? Kenapa menyerah begitu mudah? Aku pernah mengalami hal yang sama, berkali-kali malah. Tapi kau bisa lihat aku masih menjejakkan napas di sini.” “Tiap orang itu beda-beda.” Aku menerawang mendung yang menggantung. “Mungkin, karena dia tidak punya back up .” “Dia anak yang cerdas, aku yakin dia bisa mencari back up plan yang lebih, yah, kau tahulah.” “Maksudku bukan back up plan.” Aku mendesahkan napas sambil meraba gumpalan gelap di atas sana dengan tatapan kosong. Tanpa berkata apa-apa lagi, aku beranjak meninggalkannya yang masih terus menerus mendecakkan lidah. Aku masuk ke kamar rawat. Adik kami yang paling kecil telentang di ranjang, mata menatap langit-langit putih. Ibu ada di sebelahnya, mencoba m...

Karena Aku?

Sekilas Cerita Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari20 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 "Kau bisa melihat hantu?" Laki-laki itu menatapku dengan mata terbelalak. Aku tidak menjawab kecuali dengan anggukan kecil, setelah berpikir dan meragu. Laki-laki itu lalu menatapku penuh selidik selama 5 menit lalu tersenyum lebar. "Keren." Pipiku bersemu merah, membalas dengan senyum tipis. "Aku tidak terlalu merasa begitu." "Masa sih?" Lalu kami tertawa. Hari-hari berikutnya kami lalui bersama. Dia menyapaku sebelum masuk kelas,  duduk di sebelahku sepanjang hari, dan mengantarku setidaknya sampai gerbang sekolah setelah jam pulang. "Sayang sekali rumah kita tidak searah." Dia berkali-kali mengatakan itu dengan senyum memohon maaf. Aku mengangguk sambil tersenyum juga. "Tidak apa-apa. Aku bisa bosan kalau harus terus bersamamu bahkan sebelum dan sesudah jam sekolah." Ia merengut, aku tertawa. Tidak peduli pada orang-orang y...

Dalam Bis di Tengah Malam

Secuil Cerita Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari19 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 Dunia tak lagi tidur sejak terjamah modernisasi. Dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, dan seterusnya, dan seterusnya. Malam dibanding siang tak lagi lebih gelap, tak lagi lebih senyap, tak lagi merayap-rayap. Dan demikian pula aku. Sejak mendapat penempatan baru, terang malam adalah siang baruku. Sudah dua minggu sejak terakhir kali pulangku bersama dengus lelah matahari. Kini aku selalu menuju rumah dihantarkan cekikikan bintang-bintang dan rayuan genit bulan. Ah, tidak lupa dengan bis kota yang dengan bangganya memamerkan betapa metropolitan-nya pekerjaannya, masih memutar roda dan kemudinya hingga lewat tengah malam. Butuh waktu tiga perempat jam dari halte seberang kantor hingga halte sebelah gang rumahku. Kursi-kursi jarang penuh terisi, paling empat-lima orang yang berpelukan dengan kantuk. Aku biasanya juga ikut dipeluk kantuk, tapi belakangan lebih suka memperhatikan kondektur...

Jerit Malam

Sepotong Puisi Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari18 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 Apa cuma aku Yang tak sedikit pun menjerit di agenda jerit malam? Hanya diam tanpa komentar Hanya berjalan tanpa rehat Semakin cepat kaki, semakin cepat waktu Kanan-kiri, depan-belakang, memekik-menjerit Sosok melompat dari punggung pohon, memantul dari balik semak Bulan bekerja sama menyoroti Mungkin memang hantu sungguhan Mungkin bukan rekayasa panitia Tapi pohon dan hutan tak akan menyakiti jika tak disakiti Begitu pun roh di dalamnya Kadang menelengkan kepala Menarik senyum dan alis Apa cuma aku Yang mengangguk dan bersalam? Kembali diam tak berucap Lanjut berjalan tanpa stop Semakin lebar langkah, semakin lekas beranjak Tengkuk, lengan, tungkai, bulu roma biar menegak Biar ada yang menyeringai dari pucuk pohon Masih samar dan terus berbayang Biar bulan tak redup sedikit pun Mataku menunduk rendah Matanya berkilat merah

Melahap Ngeri

Sekisah Puisi Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari17 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 Kawanku pernah bertanya, Apa yang akan terjadi pada sebentuk bola mata Jika ia dilindas alat berat Benakku digelitik tertarik Apakah ia akan pecah laiknya kaca, Atau kempes seperti bola? Lalu kami tertawa Itu pertanyaan unik Padahal sedikit ngeri Mengapa juga sebutir bola mata bergulir ke kolong alat berat Mengapa juga nasib menempatkannya bebas dari rongga tengkorak Tidak ada untung-untungnya Padahal sedikit ngeri Kawanku yang lain menimpali Katanya pernah menyantap batok ikan Katanya pernah mengorek rongga matanya Katanya biji mata ikan digiling gerahamnya Kawanku yang pertama menatap, dengan bola mata bersinar yang masih menempel di tempatnya, syukurlah Lucu jika aku berpikir bulatan itu mengalir jatuh Padahal sedikit ngeri Tak pecah, tak kempes Hanya lepes bagai dipenyet Isinya kenyal lagi keras Dapat dikunyah namun alot Kawanku yang pertama mengangguk Lalu mengaj...

Bukan Tulen Horor

Seonggok Puisi Untuk #Challenge30HariSAPE_Hari16 Komunitas Sahabat Pena UGM 2018 Tuliskan sesuatu tentang horor Tentang kengerian, ketakutan, cekaman dingin di ubun-ubun Walau tak menggauli dunia astral Walau tak ragu tanpa pelita Walau sunyi adalah akrabmu Ceritakan sesuatu tentang horor Tentang keraguan, kecemasan, peluh hangat di pelipis Walau tentang dunia nyata Walau bermandikan cahaya lampu Walau ramai menjadi sahabatmu Sampaikan, walaupun bukan tulen horor Tentang gemetar sekilas menantang takdir Tentang takut menjalar diancam maut Tentang ragu akan cerita masa depan Tentang perasaan yang tertekan dan ditekan Tentang duka yang tertelan bulat-bulat Tak luput tentang senyum terlukis menangkis rasa