Jika kita akhirnya bertatap, akan kuajak kau ke Bukit Bintang.
Jika akhirnya kita sampai dan menatap, akan kuajukan kau satu tanya, "Bukit ini dinamakan Bukit Bintang karena apa?"
Menurutku, kau akan menjawab, "Karena bintang di atas kepala bebas bertabur tanpa ada yang menghalang pandang."
Jika begitu, aku akan menunjuk langit yang termangu mendung. "Tapi tidak terlihat sebutir pun di sana, bagaimana?"
Menurutku, kau akan tertegun sebelum menunjuk temaram kota yang menjalar di kaki Bukit Bintang. "Lampu-lampu terlihat seperti bintang dari sini. Seperti galaksi malahan."
Aku akan sangat senang kalau persis begitu jawabmu. Aku lalu akan tersenyum dengan luka dikulum.
"Masa kemarin adalah bukit bintang untukku: aku menganggapmu bintang yang menerawangku dari jauh, tanpa sadar kalau langit sedang mendung. Saat aku akhirnya sadar, baru aku pahami kalau kau adalah lampu yang menerangi rumah seorang lain, dan aku menyaksikan dari jauh."
Jika akhirnya kita sampai dan menatap, akan kuajukan kau satu tanya, "Bukit ini dinamakan Bukit Bintang karena apa?"
Menurutku, kau akan menjawab, "Karena bintang di atas kepala bebas bertabur tanpa ada yang menghalang pandang."
Jika begitu, aku akan menunjuk langit yang termangu mendung. "Tapi tidak terlihat sebutir pun di sana, bagaimana?"
Menurutku, kau akan tertegun sebelum menunjuk temaram kota yang menjalar di kaki Bukit Bintang. "Lampu-lampu terlihat seperti bintang dari sini. Seperti galaksi malahan."
Aku akan sangat senang kalau persis begitu jawabmu. Aku lalu akan tersenyum dengan luka dikulum.
"Masa kemarin adalah bukit bintang untukku: aku menganggapmu bintang yang menerawangku dari jauh, tanpa sadar kalau langit sedang mendung. Saat aku akhirnya sadar, baru aku pahami kalau kau adalah lampu yang menerangi rumah seorang lain, dan aku menyaksikan dari jauh."
Komentar
Posting Komentar
Thanks for reading! Waiting for your response