Lambang merah di kemeja itu tertawa sinis.
"Keh," katanya. "Kau pilih peluang atau berjuang? Lalu, kau ingin bertaruh atau patuh?"
"Cih," jawab pemakai kemeja yang mengalihkan pandangan. Katanya, "aku tahu takdir bisa mematahkan mimpi."
Lambang itu tertawa sangat keras, berbisik,
"Kalau begitu kau juga pasti tahu kalau jarum jam berputar lebih kencang bersamaku."
Pemakai kemeja membalas dengan tawa yang lebih membahana. Awalnya berniat untuk membungkam lambang sok hebat itu, namun akhirnya malah menyamarkan jantungnya yang berdebar setuju. Pelan-pelan, dia berbisik, "Apa takdir hanya menghantam mimpi?"
Lambang itu diam sebentar. "Dia bebas menghantam pemburu mimpi sampai patah. Apalagi yang gagal macam kau."
Pemakai kemaja menganga. "Pemburu disebut gagal jika tidak berhasil mendapat buruannya, dan aku sudah membidik dengan tepat dan hanya tinggal membawa buruanku ke dalam hidup."
Lambang itu terkekeh. "Dan sayangnya takdir juga bebas merampasnya darimu. Sepertinya kau punya buruan yang benar memuaskan."
"Kau benar." Pemilik kemeja mendengus. "Dia terlihat remeh tapi benar-benar memuaskan. Dan biar saja takdir itu. Aku sudah bekerja keras untuk membidik mimpiku. Ya, ya. Bantuan yang bersedia memang nyaris tak berguna. Tapi..."
"Kau terlalu naif." Lambang itu menyindir. "Takdir jauh lebih kuat. Apalagi bantuan besarmu yang jadi penentu malah menggandeng tangannya dan bisa membuatmu menatap buruanmu dilempar ke masa lalu. Dan kau? Pasti meraungi tenggorokan sepanjang masa depan. Hah."
Pemilik kemeja tak mau membuang waktu, segera saja membiarkan lambang itu dikoyak buih-buih bertegangan. Lambang itu tidak peduli karena dia tahu kalau dia akan kembali mulus seperti bayi setelah dijilat besi datar panas.
Dan dia juga tidak begitu terkejut ketika pemilik kemeja mengantarnya dengan pinggang untuk digigit terik. "Wah, buruan yang menarik. Tapi dengan wajah begitu, kau baru ditampar takdir ya?"
"Ahahah. Aku akan segera patah. Tapi buruanku memang manis,kan?"
Lambang itu bersyukur kemeja dibalikkan. Dia tidak perlu melihat dua bola kaca pecah menjadi keping sampah di antara debu siang.
Komentar
Posting Komentar
Thanks for reading! Waiting for your response